Ukhti Online - Sahabat
Ukhti, Kemarahan
barangkali merupakan emosi yang paling buruk yang perlu ditangani. Dari waktu
ke waktu, siapa pun pernah mengalami perasaan yang kuat ini. Beberapa penyebab
umum kemarahan termasuk frustrasi, sakit hati, kejengkelan, kekecewaan,
pelecehan, dan ancaman.
Berikut ini adalah berbagai momen
ketika suami marah, dan tips bagaimana seharusnya Anda sebagai istri bertindak:
1.
Jika Anda melihat suami Anda marah dan kesal, berusahalah mereda kemarahannya;
jangan Anda sambut kemarahannya dengan keluhan mengenai anak-anak atau
keruwetan dan keprihatinan rumah tangga. Jangan membantah dengan pertanyaan
tentang hal yang tidak mengenakkan kecuali jika dia mengutarakannya. Ingatlah
sabda Rasulullah SAW, “Siapa saja istri yang meninggal dunia dalam keadaan
suaminya meridhainya, maka dia masuk surga.” (HR. Ibnu Majah).
Setiap
kali Anda mengingat hadits tersebut, menyelami dan mempraktikkannya dengan
senang dan yakin, Anda akan melihat manfaat yang bakal kembali kepada diri
Anda. Pada saat itu Anda akan menikmati rumah tangga bahagia yang jauh dari
problematika dan konflik.
…Jika Anda melihat suami Anda marah
dan kesal, berusahalah mereda kemarahannya. Jangan membantah dengan pertanyaan
tentang hal yang tidak mengenakkan…
2.
Ketika Anda melakukan kesalahan dalam suatu pekerjaan, semisal terlambat
melaksanakan beberapa tugas domestik karena sibuk berbicara di telepon, dan
pada saat itu suami sedang bersama Anda, maka panggillah dia dengan nama yang
paling disukainya. Lalu ajukan permintaan maaf dan utarakan alasan
keterlambatan Anda menjalankan tugas, sehingga dia merasa bahwa Anda menyadari
bahwa tindakan tersebut adalah salah. Bersabarlah dengan ungkapan yang mungkin
dilontarkannya kepada Anda. Jika Anda bersabar dan tidak merespons atau
mengkritik balik, maka hal demikian telah membuang sebagian kemarahannya.
Meminta maaf dapat mendatangkan tawa suami.
Tengoklah
bagaimana para istri-istri Rasulullah meminta maaf kepada beliau, meski mereka
yang berada dalam posisi marah. Dari Umar bin Khatthab, dia mengatakan, “Kami
kaum Quraisy sangat berkuasa terhadap kaum perempuan (istri-istri). Dan ketika
kami datang ke tempat orang-orang Anshar, (kami terkejut) karena mereka adalah
kaum yang dikalahkan (toleran) oleh istri-istri mereka, maka mulailah
istri-istri kami mengambil (meniru) etika perempuan-perempuan Anshar. Kemudian
aku bertengkar dengan istriku kemudian dia kembali (meminta maaf) kepadaku,
namun aku tidak ingin dia kembali (minta maaf), maka dia bertanya, “Kenapa
engkau tidak senang aku kembali kepada engkau? Demi Allah! Sesungguhnya
istri-istri Rasulullah SAW kembali (meminta maaf) kepada beliau sekalipun salah
seorang di antara mereka marah terhadap Rasulullah dari siang sampai malam
hari.” (HR. Al-Bukhari)
3.
Jika suami yang marah sedang berbicara, maka jangan sekali-kali Anda menyela.
Redakanlah dengan kata-kata lunak dan santun, misalnya, “Aku tahu kamu lelah
sekali, maaf sayang aku merepotkan diri,” atau lain sebagainya. Kata-kata
seperti ini akan meluluhkan hatinya. Dia akan merasa bahwa Anda memerhatikan
diri dan kecemasannya. Dan jangan pula membantah apa yang dikatakan atau
diinstruksikannya –jika memang itu baik.
…Jika suami yang marah sedang
berdiri, maka ajaklah dia untuk duduk dan berbicaralah kepadanya dengan baik…
4.
Jika suami yang marah sedang berdiri, maka ajaklah dia untuk duduk dan
berbicaralah kepadanya dengan baik. Dalam Islam kita diajarkan trik-trik
mengatasi kemarahan di antaranya adalah jika sedang marah dalam keadaan berdiri
maka hendaknya duduk, dan jika sedang duduk hendaknya berbaring, bisa juga
dengan mengambil air wudhu agar mendinginkan emosi kita yang sedang bergolak. Atau
ajaklah suami untuk bersujud, maksudnya melakukan shalat sunnah. Dalam sebuah
hadits dikatakan,
“Ketahuilah, sesungguhnya marah itu
bara api dalam hati manusia. Tidaklah engkau melihat merahnya kedua matanya dan
tegangnya urat darah di lehernya? Maka barangsiapa yang mendapatkan hal itu,
maka hendaklah dia menempelkan pipinya dengan tanah (sujud).” (HR. At-Tirmidzi)
5.
Berusahalah menenangkannya dan menahan emosi Anda, jika Anda ada di pihak yang
benar. Berbicaralah kepadanya dengan cara bijak.
6.
Ketika dia marah, Anda jangan menyinggung perasaannya dengan berbagai hal. Anda
jangan pernah melakukan segala sesuatu yang dia anggap melecehkan dirinya.
7.
Ketika suami marah, jangan sampai dia Anda tinggal tidur sendirian. Setelah
Anda pastikan bahwa dia sudah lebih tenang, berinisiatiflah melakoni hal-hal
yang bisa mendatangkan keridhaannya. Inisiatif dilakukan oleh pihak yang lebih
baik pemahaman agama dan akalnya di antara kedua pihak bertikai, atau siapa
yang paling memungkinkan dalam masalah marah dan ridha dari keduanya. Seperti
yang dikatakan Abu Ad-Darda` kepada Ummu Ad-Darda`, istrinya, “Apabila aku
marah, maka redakanlah kemarahanku. Dan jika engkau marah, aku pun akan
meredakan kemarahanmu. Jika kita tidak melakukannya, maka bagaimana kita dapat hidup
rukun?”
8.
Coba sisipkan humor karena terbukti efektif meredakan kemarahan.
9.
Ingatlah bahwa rumah yang dipenuhi oleh cinta, kenyamanan, sikap saling
menghargai, saling menghormati, dan kesederhanaan dalam segala hal, lebih baik
dari rumah yang dipenuhi makanan lezat serta perabotan mewah namun penuh dengan
kekesalan hati dan permusuhan.
10.
Jangan mudah cemberut. Upayakan agar Anda selalu tersenyum ceria dan berwajah
riang. Dengan demikian Anda bisa memberikan kebahagiaan kepada suami dan
menikmati hidup bahagia penuh kedamaian serta kesenangan.
…marah dan emosi adalah tabiat
manusia. Kita tidak dilarang marah, namun diperintahkan untuk mengendalikannya…
Demikianlah,
marah dan emosi adalah tabiat manusia. Kita tidak dilarang marah, namun diperintahkan
untuk mengendalikannya agar tidak sampai menimbulkan efek negatif. Dalam
riwayat Abu Sa’id Al-Khudri, Rasulullah bersabda, “Sebaik-baik orang adalah
yang tidak mudah marah dan cepat meridhai, sedangkan seburuk-buruk orang adalah
yang cepat marah dan lambat meridhai.”